Presiden | Ramalan Jayabaya

Pemilihan Presiden Tahun 2009 sudah berlangsung, hasiln quick count sudah mengindikasikan siapakah Presiden dan Wakil Presiden RI Periode 2009 -20014. Sedangkan hasil resmi tentu saja menunggu keputusan KPU. Sebagai orang Jawa, saya iseng-iseng browsing Ramalan Jayabaya tentang para pemimpin Indonesia. Berikut ini adalah hasil yang saya dapat dari presidenku.com.

Prabu Jayabaya adalah Raja Kerajaan Kediri yang terkenal sakti dan berilmu tinggi, konon beliau adalah titisan Betara Wishnu, sang Pencipta Kesejahteraan di Dunia, yang akan menitis selama tiga kali. Beliau memerintah Kerajaan Kediri pada sekitar tahun 400-an Masehi. Beliau mampu meramalkan berbagai kejadian yang akan datang yang ditulis oleh beliau dalam bentuk tembang-tembang Jawa yang terdiri atas 21 pupuh berirama Asmaradana, 29 pupuh berirama Sinom, dan 8 pupuh berirama Dhandanggulo. Kitab ini dikenal dengan nama Kitab Musarar.

Ramalan Jayabaya dibagi dalam 3 zaman yang masing-masing berlangsung selama 700 tahun, yaitu Zaman Permulaan (Kali-swara), Zaman Pertengahan (Kali-yoga) dan Zaman Akhir (Kali-sangara).

Yang menarik dari ramalan Jayabaya adalah ramalan Zaman Akhir (Kali-sangara) dari tahun Masehi 1401 sampai dengan tahun 2100, karena kita dapat membuktikannya dengan catatan sejarah Indonesia /Jawa dalam periode tersebut.

Ramalan Jayabaya dalam periode Akhir tersebut cukup akurat dalam meramalkan bangkit dan runtuhnya kerajaan-kerajaan Jawa (Indonesia), naik-turunnya para Raja-raja dan Ratu-ratunya atau Pemimpinnya, yang terbagi dalam tiap seratus tahun sejarah, yaitu Kala-jangga (1401-1500 Masehi), Kala-sakti (1501-1600 M), Kala-jaya (1601-1700 M), Kala-bendu (1701-1800 M), Kala-suba (1801-1900 M), Kala-sumbaga (1901-2000), dan Kala-surasa (2001-2100 M).

Continue reading “Presiden | Ramalan Jayabaya”

Salah Sistemnya atau Salah Orangnya?

“Kulihat Ibu Pertiwi, Sedang Bersusah Hati ….”

Pernah dengar lagu itu? Saya jaman Sekolah Dasar sudah hafal dan suka lagu itu. Rasanya lagu itu cocok untuk menggambarkan keadaan negara kita tercinta ini saat ini.

Apa yang terjadi di bumi pertiwi Indonesia?

Pemilu.

Orang rebutan jadi caleg dan jadi Presiden. Terlalu banyak Partai. Padahal Partai bisa mencalonkan seorang presiden jika memperoleh suara 20%. Dan menurut analisa “ngawur” saya, tidak ada satu partai-pun yang akan mendapatkan suara lebih dari 20%. Akhirnya partai harus berkoalisi untuk mencalonkan presiden. Jika ditanya akan berkoalisi dengan siapa dengan partai mana sekarang ini, sebelum pemilu, maka para petinggi partai akan bilang nanti jawabnya sesudah pemilu legislatif. Apa akibatnya? Partai berebut rakyat untuk ikut kampanye. Dan masyarakat mau berkampanya kalo ada ongkosnya. Ada partai yang kasih 20 ribu perak seorang, ada yang 25 ribu perak ada juga yang 50 ribu. Kalo goban sih lumayan, bisa beli bensin sama beli pulsa. Lebih parah lagi, belum-belum para korlap dan pengurus partai, tim sukses sudah menikmati hasil dimuka. Sudah ada yang beli motor baru, beli mobil baru hasil dari “proyek” kampanye ini.

Lha … kalo begini caranya apa namanya mereka punya pendirian, punya prinsip jelas dari awal? Cara seperti itu justru jelas menunjukkan kalo mereka hanya rebutan kekuasaan bukan rebutan bagaimana menyelenggarakan negara dan mensejahterakan rakyat.

Goblok lagi, masak Presiden dan Wakil Presiden yang sedang menjabat, kok malah saingan untuk menjadi Presiden mendatang. Ini keblinger menurut saya. Goblok!

Harga BBM terlalu mahal.

Minyak mentah diambil dari bumi pertiwi tidak dihargai dalam arti tidak ada rupiahnya. Ada yang bilang biaya yang harus dikeluarkan untuk mendapatkan 1 liter premium misalnya dengan kurs dollar 10,000, maka rupiah yang harus dikeluarkan adalah 600 rupiah. (Perhitungan rumitnya saya tidak tahu). Jadi kalau harga sekarang 4500/liter, ya Allah. Terlalu …..(baca dengan gaya Bang Haji Rhoma Irama: Terlalu !)

Kenapa bisa terjadi begitu? Karena minyak yang diambil dari bumi pertiwi sendiri yang dikonsumsi rakyat sendiri harus dijual dengan harga mekanisme pasar yang ada di New York. Ini menyalahi Undang-Undang Dasar.

Harga sembako gak bisa turun.

Yah balik lagi, barang-barang dari tanah air ini dan dikonsumsi oleh rakyat harus kita beli dengan harga mekanisme pasar yang ditentukan pasar dunia. Walah …. walah ….. Penguasa yang tidak peka atau saya yang gak ngerti ekonomi?

Pemberantasan Korupsi.

Itu bukan prestasi pemerintah ataupun presiden. Itu prestasi KPK, sebuah lembaga independen, bukan merupakan subordinatnya presiden. Apa kita memperoleh dampak langsung dari pemberantasan korupsi ini? Faktanya, kalo kita ke RT/RW/Kelurahan/Instansi semuanya pake “biaya administrasi”

Apa lagi ya? Au ah … terlalu banyak …. (bersambung karena sudah ngantuk).