Bukti-Bukti Ilmiah Bahwa Kondom 100 Persen Tidak Aman Dalam Mencegah Virus HIV/AIDS

HIV/AIDS prevelance worldmap
HIV/AIDS prevelance worldmap (Photo credit: Wikipedia)

Dengan telah diluncurkan program Pekan Kondom Nasional 2013 oleh Pemerintah melalui Kementerian Kesehatan. Kegiatan ini digelar dalam rangka peringatan hari AIDS se-Dunia 1 Desember 2013. Tujuannya untuk menekan angka penyebaran virus HIV/AIDS di Indonesia.

Penyebaran virus HIV/AIDS di Indonesia memang mengkhawatirkan. Data terbaru dari MenKes menunjukkan pada 2012 jumlah orang yang telah terinfeksi HIV sejumlah 10.362 orang, 5686 terinfeksi AIDS dan 1.146 meninggal dunia karenanya. Sementara dari Januari hinga Juni 2013, diketahui jumlah orang yang terinfeksi HIV mencapai 10.210 orang. 780 orang terinveksi AIDS dan 105 orang telah meninggal.

“BERDASARKAN DATA-DATA DIATAS, BAHWA ORANG TERKENA INFEKSI VIRUS HIV/AIDS BUKAN KARENA TIDAK MENGGUNAKAN KONDOM TAPI KARENA ORANG TERSEBUT PEMUJA SEX BEBAS SERTA JAUH DARI NORMA-NORMA AGAMA”

Lalu, jika kondisinya demikian apakah kampanya pemakaian kondom adalah solusi atas persoalan ini?. Jawabnya adalah tidak.

Dari hasil penelitian ilmiah yang sangat banyak terbukti virus HIV/AIDS bisa menembus kondom. Kondom sendiri sebenarnya dirancang untuk Keluarga Berencana. Itupun tetap mengalami kebocoran.

Kondom terbuat dari bahan latex (karet), bahan ini merupakan senyawa hidrokarbon dengan polimerisasi yang berati mempunyai serat dan berpori-pori. Di samping itu karena proses pembuatan pabrik kondom juga memiliki lubang cacat mikroskopis atau disebut“pinholes”.

Beberapa data berikut ini kiranya dapat menyadarkan kita semua terdapat kontroversi kondom yang selama ini diperdebatkan (Sumber: Prof. Dr. dr. Dadang Hawari, Psikiater (Global Effect HIV/AIDS; Dimensi Psikoreligi, 2012) :

Peneliti yang dilakukan oleh Lytle, et. al. (1992) dari Division of Life Sciencies, Rockville, Maryland, USA, membuktikan bahwa penetrasi kondom oleh pertikel sekecil virus HIV/AIDS dapat terdeteksi.

Penelitian yang dilakukan oleh Cary, et. al (1992) dari Division of Pshysicial Sciences, Rockville, Maryland, USA, menemukan kenyataan bahwa virus HIV/AIDS dapat menembus kondom. Kondom yang beredar di pasaran 30% bocor.

Direktur Jenderal WHO, Hiroshi Nakajima (1993) menyatakan bahwa efektifitas kondom diragukan.

Pernyataan J. Mann (1995) dari Harvard AIDS Institute yang menyatakan bahwa tingkat keamanan kondom (bebas bocor) hanya 70%.

Dalam konferensi AIDS Asia Pasifik di Chiang Mai, Thailand (1995) dilaporkan bahwa pengguna kondom aman tidaklah benar. Pori-pori kondom berdiameter 1/60 mikro dalam keadaan tidak meregang, sedangkan bila dalam keadaaan meregang pori-pori tersebut mencapai 10 kali lebih besar. Sementara kecilnya virus HIV berdiameter 1/250 mikron. Dengan demikian jelas bahwa virus HIV dapat dengan leluasa menembus kondom.

Laporan dari majalah Customer Report (1995) menyatakan bahwa pemeriksaan dengan menggunakan elektron mikroskop dapat dilihat pori-pori kondom yang 10 kali lebih besar dari virus HIV (Rep.1/11/95).

Pernyataan dari M. Potts (1995), Presiden Family Health Internasional, salah satu pencipta kondom mengakiu antara lain bahwa, “Kami tidak dapat memberitahukan kepada kalayak ramai sejauh mana kondom dapat memberikan perlindungan pada seseorang. Sebab, menyuruh mereka yang telah masuk kedalam kehidupan yang memiliki risiko tinggi (seks bebas dan pelacuran) ini memakai kondom, sama saja artinya menyuruh orang yang mabuk memasang sabuk kelehernya” (Rep. 12/11/95).

Pernyataan dari V. Cline (1995), Profesor Psikologi dari Universitas Utah, Amerika Serikat, menegaskan bahwa memberi kepercayaan kepada remaja atas keselamatan berhubungan seksual dengan menggunakan kondom adalah sangat keliru. Jika para remaja percaya bahwa dengan kondom mereka aman dari HIV/AIDS atau penyakit kelamin lainya, berarti mereka telah tersesat (Rep. 12/11/95).

Pernyataan pakar AIDS, R. Smith (1995), telah bertahun-tahun mengikuti ancaman AIDS dan pengguna kondom, mengancam mereka yang telah menyebarkan safe sex sama saja dengan mengundang kematian”. Selanjutnya beliau mengetengahkan pendapat agar risiko penularan/penyebaran HIV/AIDS diberantas dengan cara menghindari hubungan seksual diluar nikah (Rep.12/11/95)

Di Indonesia pada 1996 yang lalu kondom yang diimpor dari Hongkong ditarik dari peredaran karena 50% bocor.

Tingkat keamanan kondom (bebas kebocoran) di negara-negara berkembang rata-rata hanya 70%. Kondom terbuat dari latex yang peka terhadap sinar (matahari dan lampu), oksigen dan kelembaban. Umur pakai kondom hanya 5 tahun. Dikhawatirkan, banyak kondom yang diimpor dari luar negri yang melewati batas waktunya. Penyimpanan yang tidak hati-hati dapat menyebabkan kondom berjamur, robek bahkan copot sama sekali. Kalau diamati penyimpanan kondom diapotik-apoti yang sering diletakkan di bawah lampu neon. Keadaan bertambah gawat kalau penyimpanan di gudangnya kurang harti-hati atau kurang teliti misalnya diletakkan di lantai. Namun terdapat fakta yang lebih memprihatinkan, yaitu orang membeli kondom justru di pinggir jalan. Dari berbagai penelitian di Indonesia menunjukan orang membeli kondom di penjual rokok atau jamu atau kios obat kaki lima. Dari 10 orang orang petualang seks 3 orang kemungkinan tidak aman dari serangan HIV/AIDS karena itu seks yang aman adalah hanya dilakukan dengan pasangan yang sah. (Lubis, F.,1996)

Gereja Katolik (Vatikan) menyerukan kepada masyarakat bahwa kondom tidak melindungi seorang dari ketularan virus HIV/AIDS. Selanjutnya sebagaimana dikemukakan oleh Kim Barnes (2003) dari BBC London, menyatakan bahwa cara terbaik agar terhindar dari virus HIV/AIDS adalah abstinentia, yaitu tidak melakukan hubungan seks di luar nikah.

Alfonso Lopez Trujillo (2003) seorang kardinal senior dari Vatikan yang menyatakan virus HIV/AIDS dapat menembus dinding kondom, kecilnya virus HIV 1/450 lebih kecil dari sperma saja masih bisa menembus lapisan kondom, apalagi virus HIV.

Gordon Wambi (2003) seorang aktivis AIDS menyatakan ketidaksetujuan pemakaian kondom. Hal ini sesuai dengan Vatikan’s Pontifical Council for Familiy yang menyerukan kepada pemerintah agar tidak menganjurkan pemakaian kondom kepada rakyatnya: kampanye kondom sama saja kampanye rokok, bahanya sama.

Sejak kondom mudah diperoleh penyebaranya HIV/AIDS menjadi melesat dengan pesat, disimpulkan bahwa kondom membantu penularan penyebaran HIV/AIDS, demikian dikemukakan oleh Archbishop of Nairobi (Raphael Ndingi Nzeki, 2003).

Selanjutnya gereja Katolik menganjurkan kepada salah satu pasangan suami istri yang terinfeksi untuk tidak menggunakan kondom, sebab virus HIV bisa menembus pada pasangan yang lain. Dewasa ini dunia sedang menghadapi global pandemic HIV/AIDS yang telah menewaskan lebih dari 20 juta orang dan menginfeksi 42 juta orang.

KONDOM AWALNYA UNTUK PROGRAM KB BUKAN UNTUK PROGRAM PENCEGAHAN HIV/AIDS

Berdasarkan Hasil penelitian yang dilakukan oleh Prof. Dr. Biran Affandi (2000) menyatakan bahwa tingkat kegagalan kondom dalam Keluarga Berencana mencapai 20 %. Hasil penelitian ini mendukung pernyataan dari Prof. Dr. Haryono Suryono (1994) bahwa kondom dirancang untuk Keluarga Berencana dan bukan mencegah virus HIV/AIDS. Kondom adalah untuk mencegah penetrasi sperma bukan untuk mencegah penetrasi virus HIV/AIDS.

Dari Washington diberitakan oleh Associated Press (AP) yang dikutip oleh koran Tempo (12 November 2005), yang menyebutkan ada peringatan dari Food And Drug Administrations (FDA) perihal mengenai peringatan pada kemasan kondom. FDA mengharapkan pada kemasan kondom tertera peringatan bahwa kondom hanya sedikit efektif mencegah penyebaran penyakit seksual yang menular seperti herpes genitalis, virus papiloma dan virus HIV/AIDS. Kondom adalah untuk mencegah penetrasi sperma, bukan untuk mencegah pentrasi virus HIV/AIDS.

“PROGRAM KONDOM DAPAT MENCEGAH VIRUS HIV/AIDS MERUPAKAN VISI MISI PENGANUT KAPITALIS, DIMANA VISI MISI TERSEBUT MENURUT SAYA ADALAH BAGAIMANA AGAR KONDOM TERSEBUT BISA DIKONSUMSI/DIGUNAKAN OLEH SEMUA GOLONGAN, DARI ANAK-ANAK HINGGA ORANG TUA. MAKA DENGAN BEGITU PENGUSAHA KONDOM MENDAPATKAN KEUNTUNGAN/PROFIT YANG BESAR TAPI MERUSAK MORAL UMAT MANUSIA KARENA DENGAN ADANYA PENGGUNAAN/PENGENALAN TENTANG KONDOM OTOMATIS SEX BEBAS AKAN TUMBUH SUBUR DITENGAH-TENGAH MASYARAKAT BAHKAN TUMBUH SUBUR DIHATI PARA GENERASI, KONDOM JUGA MERUPAKAN SPONSOR TERBESAR DALAM PEMBUATAN FILM BLUE (FB)”

SOLUSI PENCEGAHAN VIRUS HIV/AIDS HARUS KEMBALI KEPADA TUHAN YANG MAHA ESA !!!

TUHANLAH YANG MENCIPTAKAN virus HIV/AIDS SEBAGAI BENTUK PENCEGAHAN AGAR MANUSIA TIDAK LAGI TERJERUMUS DALAM BUDAYA SEX BEBAS. DENGAN KEGANASAN virus HIV/AIDS AKAN MENANAMKAN RASA TAKUT DALAM DIRI MANUSIA UNTUK BERBUATAN SEX BEBAS, HANYA ITULAH YANG DAPAT MENGHINDARI MANUSIA DARI SERANGAN GANAS virus HIV/AIDS.

MAKA DENGAN ADANYA STATEMENT BAHWA KONDOM DAPAT MENCEGAH virus HIV/AIDS MENURUT SEBAGAIAN PARA AHLI ITU MERUPAKAN “REKAYASA KAPITALIS-IBLISME”, SEBAB MEREKA-MEREKA ITU ADALAH PARA AHLI BAYARAN ATAU PEMUJA SEX BEBAS. DENGAN KEPINTARAN PARA AHLI TERSEBUT MERUPAKAN “KETOLOLAN” YANG NYATA, DIMANA RASIO MEREKA TIDAK BALANCE DENGAN KEIMANAN APALAGI TIDAK BERTUHAN.

JADI KITA SEBAGAI MANUSIA HARUS MEMPUNYAI CHEK AND BALANCE DALAM BERPIKIR, DIMANA AKAL (RASIO) HARUS BALANCE DENGAN KEIMANAN, MAKA DENGAN BEGITU KITA DAPAT MENGATAKAN DENGAN TEGAS — BAHWA virus HIV/AIDS SELAMANYA TIDAK AKAN BISA DICEGAH DAN ATAU DIHINDARI SELAMA SEX BEBAS MASIH DILAKUKAN WALAUPUN MEMAKAI KONDOM, KARENA AGAMA MANAPUN PASTI MELARANG PERILAKU SEX BEBAS.

@IRmulyadi_aca 
pin:2B14D9BA